Seperti Pasung

Saya mulai lelah dengan segalanya yang menyusahkan hubungan saya di negri ini, juga norma norma yang mengikat seperti pasung.

Sejak awal, saya melihatmu sebagai seorang pria, ya sebatas pria dengan tubuh dan tampang yang saya sukai, tanpa embel-embel apapun yang ada di belakangmu, dan saya jatuh hati. Sama seperti wanita muda lainya yang sedang jatuh hati, saya terus saja sering membayang-bayangkan kamu di hampir setiap malam sebelum tidur, beberapa kali saya juga pernah mencuri potretmu dari akun media sosisal yang kamu punya, dan memandanginya terus menerus, berharap semalam saja saya bisa bertemu kamu dalam mimpi, tanpa saya sadari ada yang basah dibawah sini.




Kemudian saya memberanikan diri mengirimkanmu sebuah pesan, dan sekalipun tak pernah menyangka akan ada balasan dan percakapan panjang yang berlangsung di hampir setiap malam sebelum saya tidur, setidaknya saya tak perlu menghayalkanmu sesulit dulu.

sayapun mulai merasa dipersilahkan untuk datang menghampiri, karna pintu telah dibuka saya berlahan lahan menghampiri lewat sapaan ditiap pagi, kemudian kita saling bersuara dalam panggilan dimalam hari, selanjutnya tak hanya panggilan yang datang namun juga bersama desahan kenikmatan di tempat kita masing masing, hingga sebuah kesempatan saya membuatmu terbaring tepat disebelah saya seperti hayalan saya tempo hari, saya mengecupmu, kamu membalasnya, saya menyentuhmu, kamupun membalasnya, hingga saya tak lagi bias memulai dan kamu mengambil kendali atas tubuh saya, dan kita berkeringat.

Saya mulai lelah dengan segalanya yang menyusahkan hubungan saya di negri ini, juga norma norma yang mengikat seperti pasung.

Sekarang kamu bilang pada saya bahwa kamu punya seseorang yang kamu jaga hatinya. Lalu saya diam saja, sejak awal saya tuliskan bahwa saya hanya melihatmu sebagai seorang pria, ya sebatas pria dengan tubuh dan tampang yang saya sukai, tanpa embel-embel apapun yang ada dibelakangmu, dan ketika kamu berkata mempunyai seonggok daging hasil pernikahanmu dengan wanita itu saya pun tak pernah peduli.






Komentar